Kamera merupakan alat yang berfungsi dan mampu untuk menangkap dan mengabadikan gambar/image. Kamera pertama kali disebut sebagai camera obscura, yang berasal dari bahasa latin yang berarti ruang gelap. Camera obscura merupakan sebuah alat yang terdiri dari ruang gelap atau kotak, yang dapat memantulkan cahaya melalui penggunaan dua buah lensa konveks, kemudian menempatkan gambar objek eksternal tersebut pada sebuah kertas/film, film tersebut diletakkan pada pusat fokus dari lensa tersebut. Camera obscura yang pertama kalinya ditemukan oleh seorang ilmuwan Muslim yang bernama Alhazen, hal tersebut terdapat seperti yang dijelaskan pada bukunya yang berjudul Books of Optics (1015-1021).
Kamera Obscura
Sementara di
tahun 1660-an ilmuwan asal Inggris
Robert Boyle dan
asistennya Robert Hooke menemukan Portable
camera obscura. Namun kamera
pertama yang cukup praktis dan cukup kecil untuk dapat digunakan dalam bidang
fotografi ditemukan pertama kali oleh
Johann Zahn, penemuan
tersebut terjadi pada tahun 1685. Kamera fotografi pada awalnya banyak yang
menerapkan prinsip model Zahn, dimana selalu menggunakan slide
tambahan yang digunakan untuk memfokuskan objek. Sistem tersebut adalah dengan
memberikan tambahan sebuah plat sensitif di depan lensa kamera tersebut setiap
sebelum melakukan pengambilan gambar.
Gambar 2.
Portable Camera Obscura
Kamera terus
berlanjut, Jacques Daguerre merupakan
salah satu dari orang-orang yang berperan dalam perkembangan teknologi kamera,
dan sekaligus memberikan jasa pada perkembangan dunia fotogarfi kita. Daguerre dilahirkan tahun 1787 di
kotaCormeilles di Perancis
Utara. Pada waktu muda, Jacques
Daguerre adalah seorang seniman. Pada umur 30-an Daguerre merancang diograma, yang dimaksud dengan
diograma adalah barisan lukisan pemandangan yang mempesona bagusnya,
dipertunjukkan dengan bantuan efek cahaya. SementaraDaguerre mengerjakan pekerjaannya tersebut, Daguerre menjadi tertarik dengan
pengembangan suatu mekanisme untuk secara otomatis melukiskan kembali
pemandangan yang ada di dunia tanpa menggunakan kuas atau cat, yaitu tidak lain
adalah KAMERA.
Di tahun
1827 Daguerre bertemu
dengan Joseph Nicephore Niepce yang
juga sedang mencoba menciptakan kamera. Dua tahun kemudian mereka
bekerjasama. Namun di tahun 1833 Niepce meninggal, akan tetapi Daguerre tetap
melanjutkan percobaannya. Menjelang tahun 1837 ia berhasil mengembangkan sebuah
sistem praktis fotografi yang disebutnya daguerreotype.
Tahun 1839 Daguerre memberitahu publik secara terbuka tanpa mempatenkannya.
Sebagai imbalan, pemerintah Perancis menghadiahkan pensiun seumur hidup kepada
Daguerre maupun anak Niepce. Pengumuman penemuan Daguerre menimbulkan
kegemparan penduduk pada saat itu dan ia menjadi seorang pahlawan yang ditaburi
berbagai macam penghormatan serta penghargaan, sementara metode daguerreotype dengan cepat
berkembang dan banyak digunakan oleh khalayak. Daguerre sendiri segera pensiun.
Dia meninggal tahun 1851 di kota asalnya dekat Paris.
Seiring dengan
berjalannya waktu, perkembangan teknologi kamera semakin hari berkembang
semakin pesat. Fungsi dan kebutuhan penggunaanya pun semakin luas dirasakan
oleh berbagai pihak. Kamera tidak hanya digunakan sekedar untuk menangkap objek
yang berfungsi sebagai kenang-kenangan semata, tetapi juga digunakan untuk
menangkap objek yang sedang bergerak. Sebut saja perkembangannya kemudian
seperti kamera video, kamera mikro, kamera sensor dan lain sebagainya.
Perkembangannya pun telah meliputi berbagai bidang, seperti pada bidang
sinematografi, pendidikan, kedokteran, dan bahkan sampai pada bidang sistem
pertahanan dan keamanan pun tidak terlepas dari penggunaan teknologi kamera
ini.
3.2. Sejarah Kamera Digital
Fotografi digital merupakan salah satu inovasi terbaik
dalam dunia fotografi. Kehadirannya telah mengubah paradigma masyarakat yang
menganggap bahwa fotografi adalah suatu bidang yang mahal dan sulit untuk
dikuasai. Fotografi digital benar-benar bisa memberikan kepraktisan dan
kemudahan bagi setiap orang untuk membuat sebuah foto yang baik. Dengan
perkembangan teknologi yang pesat, dan beragam fitur untuk membuat foto yang
bagus, muncul sebuah ungkapan bahwa setiap orang bisa menjadi fotografer
profesional.
Bila ditelusuri kembali dari sejarahnya kamera, maka kita akan kembali
ke tahun 1960-an. Di mana dunia pada saat itu sedang mengalami revolusi secara besar-besaran di
bidang teknologi digital dan elektronik.
Pada tahun 1970an, dunia jurnalistik turut mempengaruhi
kemunculan kamera digital. Saat itu, terdapat sebuah tuntutan untuk
menghadirkan foto dari suatu peristiwa yang terjadi, secepat mungkin. Maka
digunakanlah media pemindai foto (scanner). Sebuah foto dipindai
menjadi data elektronik, kemudian dikirimkan melalui jalur telepon. Akan
tetapi, cara ini juga masih dianggap merepotkan, karena terjadi penurunan
kualitas gambar yang cukup signifikan dan proses pengiriman foto pun masih
memerlukan waktu yang relatif lama. Untuk
menjawab persoalan ini, diperlukan suatu kamera yang bisa secara langsung
menciptakan foto yang berupa data elektronik. barulah pada bulan Desember tahun
1975, seorang teknisi dari perusahaan Kodak yang bernama Steven Sasson, menjadi orang
pertama yang menemukan Kamera Digital.
Kamera yang dibuatnya, menggunakan sensor CCD sebagai
media penerimaan gambar dan hanya mampu menghasilkan foto hitam putih dengan
resolusi sebesar 0,01 megapixel (320 x 240 pixel). Media penyimpanannya adalah
sebuah kaset tape, sedangkan untuk melihat hasil gambar, kamera ini
harus disambungkan terlebih dahulu dengan sebuah televisi. Kamera ini mempunyai
bobot seberat 3,6 kg dan membutuhkan waktu tak kurang dari 23 detik untuk
memproses satu buah foto.
Gambar 3. Kamera Digital
Pertama
Walaupun kamera digital model pertama ini masih belum
praktis dan belum sepenuhnya menjawab persoalan-persoalan yang terjadi, tapi
alat ini telah menjadi awal mula dari kemudahan dan kepraktisan teknologi fotografi
digital yang kita nikmati sekarang ini. Setelah penemuan dari kamera digital
model pertama, kamera-kamera digital selanjutnya terus bermunculan dengan
perbaikan-perbaikan dari model sebelumnya, dengan berbagai fitur serta
kemampuan yang baru.
Ada bebrapa sensor yang digunakan dalam kamera digital.
Namun pada kenyataannya, hanya ada dua jenis sensor yang sering digunakan yaitu
sensor CCD (charge coupled device) dan CMOS (Complementary metal
oxide semicondictor). Sensor CCD merupakan keping silikon yang terbentuk
dari ribuan (bahkan jutaan) dioda foto sensitif yang disebut photosite, photo
element, atau pixel. Setiap pixel menangkap satu titik objek, kemudian
merangkainya dengan hasil tangkapan pixel lain hingga menjadi gambar. Sedangkan
CMOS adalah sirkuit kecil yang ditempelkan pada keping silikon. Sirkuit ini
bisa mengatasi kekurangan pada sensor CCD dalam hal ukuran karena lebih kecil.
Dari segi teknologi dan harga pun CMOS bisa memberi harapan yang baik.
Kamera bersensor CMOS memberi keuntungan-keuntungan yang
tidak didapat pada kamera bersensor CCD. Sensor CMOS bisa digabungkan dengan
rangkaiaan lain untuk keperluan tertentu sehingga harganya bisa ditekan. Bentuk
kamera pun dimungkinkan lebih kecil dan ringan. Kelebihan lainnya adalah sensor
CMOS bisa berubah dari mode pemindaiaan gambar menjadi mode pemindai gambar
bergerak. Ini menjadikan kamera digital bisa sekaligus menjadi sarana untuk
merekam video sekaligus. Sensor CMOS juga mempunyai daya tahan lebih lama
daripada sensor CCD
Terlepas dari segala kelebihannya dibandingkan dengan
kamera bersensor CCD, kamera bersensor CMOS juga memiliki kekurangan. Bahkan
secara keseluruhan, kamera bersensor CCD jauh lebih baik dibandingkan dengan
kamera bersensor CMOS. Hal ini dikarenakan kualitas gambar yang dihasilkan
kamera bersensor CCD lebih baik daripada kualitas gambar yang dihasilkan kamera
bersensor CMOS. Noise yang dihasilkan juga tidak sebanyak kamera bersensor
CMOS.
4. MENGENAL PRINSIP KERJA KAMERA
4.1. Cara Kerja Kamera Sederhana
Sekarang kita akan belajar bagaimana cara kerja kamera
secara sederhana.
Gambar 4. Cara Kerja Kamera
secara Sederhana
1. Pertama kita analogikan melihat pensil di ujung meja
tulis. Cahaya datang dan memantul dari pensil lalu masuk ke badan kamera.
Gambar 5. Cahaya datang dan
memantul dari pensil lalu masuk ke badan kamera
2. Cahaya yang masuk ke kamera lalu mengenai lensa optic (
lensa convex / lensa cembung ). Lensa ini yang akan memfokuskan cahaya yang
diterima berupa bayangan terbalik kesuatu tempat yang disebut film.
Gambar 6. Proses pembentukan
bayangan
3. Proses kimia terjadi pada saat film terkena cahaya dan
membentuk sebuah pola gambar. Hanya bagian film yang terkena cahaya yang akan
terbakar dan hangus, sedangkan bagian yang lainnya tetap. Dahulu film dibuat
dari lempengan kaca yang bercampur bahan kimia yang langsung merekam cahaya.
Perak dan kapur adalah campuran pertama kali yang digunakan untuk membuat
lempengan tersebut. Tapi sekarang, film dibuat dari bahan plastik dan dilapisi
emulsi garam perak halida supaya peka menangkap cahaya. Film yang digunakan
untuk foto hitam putih menggunakan satu lapis senyawa garam perak halida.
Sedangkan penggunaan foto berwarna menggunakan minimal 3 lapis.
Gambar 7. Analogi Reaksi Kimia
4. Hasil dari penangkapan film adalah sebuah klise / negatif
yaitu lembaran hitam. Kemudian film dicetak pada kertas foto. Karena cahaya
dapat merusak hasil film yang rentan terbakar sehingga proses pencetakan atau
pencucian dilakukan pada ruang gelap. Berikut adalah contoh klise yang saat ini
sudah hampir tidak dipakai lagi.
Gambar 8. Contoh klise
4.2. Cara
Kerja Kamera Digital
Kamera digital adalah piranti yang secara elektronik
menangkap gambar dan menyimpannya dalam memori digital, tidak lagi membutuhkan
bantuan film untuk media hasil jepret. Cara kerja kamera
digital terjadi saat kita menekan tombol shutter.
Gambar 9. Contoh kamera digital
1. Kita memotret gambar pohon dengan kamera digital. Cahaya
gambar datang dari pohon ke kamera dan mengenai lensa kamera. Tugas lensa
adalah meletakkan bayangan gambar ke arah sensor CCD.
2. CCD ( Charge Coupled Device ) atau dikenal sebagai sensor
CCD ialah sebuah alat yang berfungsi menangkap gambar seukuran kuku atau anggap
saja sebesar micro sd card ponsel selular. CCD mempunyai banyak titik sensor /
grid yang sangat sensitif terhadap cahaya. Gambar yang dihasilkan akan semakin
tinggi resolusinya dan semakin halus jika mempunyai banyak titik sensor.
Semakin besar jumlah titik sensor berbanding lurus dengan jumlah pixel yang
dihasilkan. Sebuah CCD dapat memiliki jutaan sensor di dalamnya. Tiap kecerahan
warna RGB ( Red Green Blue ) akan disimpan dalam satu titik sensor. Jadi tugas
CCD adalah menangkap sinyal analog / gambar lalu mengubahnya menjadi sinyal listrik.
Gambar 10. Charge Coupled
Device
3. Proses kompresi
format gambar ( contoh : RAW / JPEG ) dilakukan pada bagian pemrosesan gambar
yang mengubah sinyal listrik menjadi sinyal digital dengan konverter ADC (
Analog/Digital Converters ).
Gambar 11. Pemrosesan gambar
yang mengubah sinyal listrik menjadi sinyal digital
4. Setelah gambar diubah menjadi sinyal digital, maka akan
diproses oleh chip processors komputer yang dimiliki setiap kamera. Fitur
tambahan yang diberikan chip berupa software ( firmware ) yang memiliki
kemampuan berbeda-beda tergantung dari produsen kamera digital ( contoh : Casio
/ Kodak / Canon / Pentax / Olympus ) tersebut. Software pada kamera juga
menentukan hasil akhir gambar yang dihasilkan. Beberapa fitur yang ada misalnya
sephia, black & white, backlight, white balance, face recognation, anti
shake, super steady shot, vibration reduction, dll.
Gambar 12. Chip Processors
5. Proses terakhir cara kerja kamera
digital adalah
mengirim data digital tersebut untuk disimpan pada memory card. SD atau CF
adalah salah satu contoh memory card pada kamera digital.
Cara kerja kamera mudah untuk dimengerti, dan
hampir semua teknologi kamera saat ini berawal dari kamera sederhana /
konvensional. Saat ini, untuk mencetak sebuah gambar pada kertas foto tidak
menggunakan kertas film lagi. Banyak orang beralih ke kamera digital. Kamera
modern menggunakan proses elektronik dan menyimpan hasilnya pada sebuah kartu /
memory card. Hasil foto bisa dilihat secara langsung secara digital.
5. PERKEMBANGAN KAMERA DARI MASA KE MASA
Kegiatan yang berkaitan dengan memotret diyakini sudah
ada sejak dahulu kala, bahkan sejak istilah photography itu
sendiri ada. Memotret diyakini sudah ada sejak abad ke 13, namun ada beberapa
sumber yang mengatakan bahwa kegiatan ini sudah ada jauh sebelum abad ke 13.
Ketika itu manusia akan melihat sesuatu dari bilik bangunansebesar rumah gelap
yang diberi lubang sebesar lubang jarumyang disebut pinhole. Bangunan gelap
tersebut disebut camera obscura, dari bahasa latin camera yang
artinya kamar, sedangkan obscura berarti gelap(Audy Mirza
Alwi,2004:18).
Pada abad ke 15, terdapat perkembangan dari bentuk kamera
tersebut. Kamera yang sebelumnya membutuhkan ruangan besar, sekarang menjadi
diperkecil seukuran telivisi atau radio. Dengan perubahan bentuk ini, kamera
tersebut dianggap sudah modern pada masanya karena memudahkan manusia
membawanya. Fungsi dari adanya kamera ini adalah untuk melihat proyeksi bagi
seniman yang akan melukis. Seniman pada masa itu yang memanfaatkan teknologi
ini adalah pelukis ternama sekelas Leonarno da Vinci.
Setelah bentuk camera obscura dipekecil
dan mudah dibawa kemana-mana, ada dua orang peneliti dari Inggris dan Prancis
yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai kamera itu. Adalah Louis Dagguerre
dan William Henry Fox Talbot yang melakukan penelitian tersebut. Penelitian
yang dilakukan ditujukan untuk mengetahui apakah proyeksi yang dihasilkan bisa
direkam melalui plat/kertas yang diberi senyawa kimia yang diletakan di
atasnya. Penelitian Dagguerre diperoleh hasil yang kira-kira sama dengan teknik
cetak positif sekarang ini. Hasil penelitiannya ini disebut daguerreotype.Sementara
dari penelitian Talbot diperoleh bahwa hasil akhir kira-kira sama dengan hasil
cetak negatif pada masa sekarang ini. Dari polemik yang timbul dari dua
peneliti inilah akhirnya lahir istilah photograpy. Istilah ini
dikemukakan pertama kali oleh ilmuwan asal Inggris lainnya, yaitu Sir John
Herschell pada tahun 1839. Arti dari photography sendiri
adalah melukis/ menulis dengan cahaya. Kata ini diambil dari bahasa Yunani
yaitu photos yang artinya cahaya dan graphos yang
artinya menulis/melukis.
Terdapat perkembangan dari berbagai jenis kamera sejak
masa ditemukannya kamera pertama. Setiap perkembangan itu selalu diiringi
perubahan baik dari segi bentuk, fungsi dan teknologi. Berikut adalah
perkembangan jenis kamera dari masa ke masa :
51.Kamera Format Besar
Disebut kemera format besar karena ukuran dari kamera ini
memang besar. Ukurannya kira-kira setara dengan kamera pada masa Leonardo da
Vinci yaitu sebesar televisi atau radio. Kamera ini menggunakan film dalam
ukuran besar dan berupa lembaran bukan dalam bentuk gulungan. Karena ukurannya
yang amat besar ini, kamera ini digunakan hanya untuk membidik objek yang tidak
banyak bergerak. Kaca pembidik terletak di belakang kamera. Fungsinya adalah
untuk melihat objek dan tempat untuk meletakan film saat memotret. Hasil foto
dari kamera format besar sangat bagus dan tajam. Ukurannya foto yang dihasilkan
bisa dibesarkan hingga seukuran papan reklame tanpa mengurangi kualitas dan
mutu gambar. Jenis kamera ini sering juga disebut view camera.
Beberapa dasawarsa pada awal fotografi, pembesaran foto
sulit dilakukan dan mahal. Hasilnya pun terkadang tidak memuaskan, hasilnya
hanya gambaran yang serba kabur. Banyak pemotret yang menggunakan kamera besar.
Dan selalu saja kamera yang lebih besar dibuat bila ada permintaan untuk
membuat foto yang semakin besar. Salah satu kamera yang amat besar adalah yang
dibuat oleh C. Thurston Thompson, seorang fotografer Inggris pada tahun 1858.
Spesialisasi Thompson adalah membuat foto reproduksi karya seni. Kamera
Thompson panjangnya sekitar 3,6 meter untuk membuat foto sebesar 91 cm persegi.
Namun kamera terbesar dibuat di Amerika Serikat sekitar tahun 1900 dan
dinamakan "the Mammoth". Kamera ini dirancang untuk para pejabat perusahaan
kereta api "Chicago and Alton Railroad Company" yang bermaksud
membuat satu foto yang sempurna dari kereta api mewah mereka yang baru. Setelah
tugas itu selesai, nasib kamera Mammoth mirip makhluk prasejarah yang namanya
digunakan. Kamera itu lenyap tak pernah dibuat lagi, korban dari kebesaran
ukurannya yang membuatnya serba kaku untuk dipindah-pindah.
5.2.Kamera Format Sedang
Kamera jenis ini merupakan perkembangan dari kamera
format besar. Perubahan yang paling menonjol jika dibandingkan dengan kamera
sebelumnya adalah pada bentuknya yang lebih kecil. Hal ini menyebabkan semakin
mudahnya kamera dibawa kemana-mana. Film yang digunakan juga berukuran lebih
kecil. Selain itu film juga tidak dalam bentuk lembaran lagi, namun sudah dalam
bentuk roll atau gulungan. Tempat bidikan juga mengalami perubahan yaitu
diletakan di atas kamera. Film yang sebelunya dijadikan satu dengan tempat
bidikan tetap ditempatkan sendiri di belakang kamera. Terdapat perubahan pula
dari segi cermin refleksi. Jika kamera sebelumnya masih belum ada, pada kamera
jenis ini sudah ada. Proyeksi lensa tidak terbalik melainkan terlihat apa
adanya seperti mata melihat langsung.
5.3.Kamera format kecil (SLR-35mm)
Kamera ini merupakan perkembangan selanjutnya dari
kamera-kamera sebelumnya. Bentuk dari kamera ini lebih kecil dan film yang
digunakan berformat film bioskop 35mm. Kamera ini dibuat dengan menggunakan
sistem pencari ketajaman range finder, yaitu menggabungkan dua proyeksi lensa
dari objek yang diabadikan. Oleh karena itu kamera ini disebut kamera range finder.
Untuk memudahkan mencari ketajaman, dibuat penta prisma di bagian atas kamera.
Penta prisma sendiri adalah lima cermin berbentuk prisma yang berfungsi
merefleksikan kembali mirror ke kaca pembidik. Kamera SLR-35mm
adalah kamera yang banyak digunakan baik untuk pemotretan dalam maupun luar
studio. Pada masa sekarangpun format kamera ini masih digunakan di beberapa
kamera digital
5.4.Kamera istimewa
Melihat namanya yang memakai istilah istimewa, kamera ini
memang memiliki keistimiwaan cara kerja yang berbeda dengan kamera lainnya.
Kamera ini tidak mengunakan tombol kecepatan dan diafragma. Para fotografer
tinggal mengklik tombol kamera dan foto akan jadi. Kamera ini juga tidak
mempunyai fokus karena sudah dirancang sedemikian rupa untuk mengatur fokus di
berbagai jarak. Hasilnya adalah gambar yang tajam kecuali pada jarak kurang
dari satu meter. Beberapa contoh dari kamera jenis ini adalah kamera saku,
kamera bawah air, kamera langsung jadi, kamera kedokteran dan sebagainya.
5.4.1. Kamera Polaroid
Kamera jenis ini memakai lembaran polaroid yang langsung
memberikan gambar positif sehingga pemotret tidak perlu melakukan proses cuci
cetak film.
Gambar 13. Kamera Polaroid
5.4.2. Kamera Saku
Jenis yang paling populer digunakan masyarakat umum.
Lensa utama tak bisa diganti,umumnya otomatis atau memerlukan sedikit
penyetelan Cahaya yang melewati lensa langsung membakar medium. Kelemahan film
ini adalah gambar yang ditangkap oleh mata akan berbeda dengan yang akan dihasilkan
film, karena ada perbedaan sudut pandang jendela pembidik (viewfinder) dengan lensa.
Gambar 14. Kamera Saku
5.5.Kamera Advance Photo System
Ciri
utama dari kamera ini adalah film yang digunakan sama dengan film kamera 35 mm.
Perbedaan yang ada hanya pada ukuran film ynag lebih kecil, begutu pula dengan
bentuk kameranya. Hasil kamera advance photo system(APS) berbeda dengan hasil
foto kamera 35 mm. Jika kamera 35 mm berupa negatif dan untuk memperoleh hasil
positifnya harus dicetak maka hasil foto kamera APS hanya positif saja. Tetapi
hasil foto itu tidak ditaruh dalam bingkai-bingkai kecil seperti halnya film
positif(slide) kamera 35 mm, melainkan digulung kembali dalam wadahnya. Hasil
foto kamera APS ini terbilang sangat bagus karena film terlindungi dalam kaset.
Namun kekurangannya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk kamera dan film
relatif mahal.
5.6.Kamera Digital
Kamera ini adalah perkembangan jenis kamera paling mutakhir
dan masih digunakan sebagai ujung tombak dalam hal fotografi. Keutamaan dari
kamera ini adalah adanya memory penyimpanan dalam bentuk digital yang terbuat
dari unsur kimia. Data digital mudah dipindahkan dan bisa memuat banyak foto.
Cara kerja kamera ini ada pada CCD yang menyerap cahaya dari objek yang
dibidik. Disini cahaya diubah menjadi titik-titik yang jumlahnya mencapai
ribuan, bahkan jutaan. Titik itu kemudian membentuk suatu foto. Jika titik yang
didapat banyak dan rapat, maka gambar akan bagus dan padat, begitu juga
sebalinya. Jumlah titik ini ditentukan oleh resolusi kamera.
Kamera jenis ini merupakan kamera yang dapat bekerja
tanpa menggunakan film. Si pemotret dapat dengan mudah menangkap suatu objek
tanpa harus susah-susah membidiknya melalui jendela pandang karena kamera
digital sebagian besar memang tidak memilikinya. Sebagai gantinya, kamera
digital menggunakan sebuah layar LCD yang
terpasang di belakang kamera. Lebar layar LCD pada setiap kamera digital
berbeda-beda.
Sebagai media penyimpanan, kamera digital
menggunakan internal memory ataupun external memory yang
menggunakan memory card.
Gambar 15. Kamera Digital
Jika kita memperhatikan perubahan jenis kamera dari yang
paling sederhana hingga yang paling modern, maka terdapat perubahan dalam alat
teknologi fotografi. Namun pada dasarnya, prinsip fotografi tetap sama.
Perubahan yang tampak sederhana ini membawa dampak teknis yang besar di
kehidupan masa kini.
Daftar Pustaka :
http://cungkringnevergiveup.blogspot.com/2012/06/perkembangan-kamera-dari-masa-ke-masa.html
http://www.merdeka.com/teknologi/canon-eos-series-capai-produksi-70-juta-unit.html
No comments:
Post a Comment